Kava Kava dan Kerusakan Hati

KAVA KAVA: The Herb of Happiness and Relaxation (Complete Review)

KAVA KAVA: The Herb of Happiness and Relaxation (Complete Review)
Kava Kava dan Kerusakan Hati
Kava Kava dan Kerusakan Hati

Daftar Isi:

Anonim

Kava, atau Piper methysticum, adalah akar tanaman yang sering digunakan untuk mengurangi kecemasan. Ini terkenal di budaya Pasifik Selatan sebagai minuman seremonial. Kava telah menjadi obat botani yang kontroversial karena laporan efek samping yang berpotensi serius, termasuk kerusakan hati. Sebelumnya, hasil penelitian ilmiah tentang kava dan hati kontradiktif atau tidak meyakinkan. Teori ada mengenai masalah dengan metode ekstraksi kava, kontaminasi akar kava dan varietas tanaman. Akibatnya, penjualan dan penggunaannya dilarang di banyak negara, namun kava belum dilarang di Amerika Serikat. Penelitian terbaru, bagaimanapun, menunjukkan bahwa kava memang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi hati.

Video of the Day

Laporan Kerusakan Hati

Pada tahun 2002 dan 2003, Jerman dan Inggris, masing-masing, melarang penjualan kava karena meningkatnya kekhawatiran tentang kerusakan hati. Negara lain sejak itu melarangnya. Data penelitian campuran ada seputar kava dan laporan toksisitas hati, kata Profesor Edzard Ernst, dari Peninsula Medical School di Universitas Exeter dan Plymouth di U. K., dalam terbitan "British Journal of Clinical Pharmacology" edisi Oktober 2007. Ternyata kerusakan hati akibat konsumsi kava belum menjadi perhatian kalangan orang-orang di Pasifik Selatan, meski penggunaannya turun temurun. Ernst mencatat gagasan kemungkinan kontaminasi akar kava dengan berbagai bagian tanaman sebagai satu kemungkinan penyebab toksisitas. Selanjutnya, katanya, ada argumen yang berkembang mengenai keamanan ekstrak kava berbasis air tradisional dibandingkan dengan yang berbasis pelarut yang baru.

Lucie Rychetnik dan Christine M. Madronio meninjau artikel yang diterbitkan antara tahun 1987 dan 2008 yang meneliti efek ekstrak kava yang dihasilkan dengan merendam akar kava di dalam air. Temuan mereka muncul dalam terbitan "Drug and Alcohol Review" edisi Januari 2011. Mendapatkan minuman kava dengan merendam akar di air adalah cara tradisional untuk mendapatkan ekstrak di budaya Pasifik Selatan. Dua studi yang mereka ulas tidak mendukung bahwa bentuk kava berair ini menyebabkan kerusakan hati. Satu studi yang diterbitkan pada bulan September 2003 di "European Journal of Gastroenterology and Hepatology" menemukan peningkatan kadar enzim hati gamma glutamyl transferase pada peminum berat kava, namun para periset mencatat bahwa keberadaan enzim ini tidak berarti ada kerusakan hati.. Studi lain, yang diterbitkan dalam "Journal of Toxicology-Clinical Toxicology" pada bulan Oktober 2003, juga menemukan bahwa mengkonsumsi ekstrak kava berbasis air tidak menyebabkan kerusakan hati.

Ekstrak Kava dan Varietas Tanaman yang Diteliti

Edisi November 2010 dari "Journal of American Medical Association" menerbitkan sebuah artikel oleh Rolf Teschke dan Johannes Schulze mengenai kekhawatiran yang dikeluarkan pada tahun 2002 oleh U.S. Food and Drug Administration tentang kava. Artikel ini mencatat penelitian lain yang mendukung bahwa ekstrak berbasis air dari kava dan juga ekstrak berbasis pelarut dapat menyebabkan kerusakan hati. Penelitian saat ini menunjuk pada zat yang dikenal sebagai flavokawain B, sebagai racun hati utama, kata mereka. Temuan penelitian yang kontradiktif dari berbagai penelitian mengarah pada teori bahwa varietas tanaman kava tertentu mungkin lebih cocok untuk membuat ekstrak kava. Beberapa tanaman kava mungkin mengandung lebih banyak flavokawain B daripada yang lain. Penulis menyarankan agar pengendalian kualitas tanaman kava dibutuhkan, mengingat bukti sebelumnya bahwa beberapa varietas kava dapat digunakan dengan aman dalam kondisi tertentu.

Hasil Bahaya Flavokawain B

Hasil eksperimen yang diterbitkan dalam terbitan Desember "Journal of Federation of American Societies for Experimental Biology" menemukan bahwa flavokawain B akan membunuh sel-sel hati. Flavokawain B, atau FKB, seperti yang diketahui, ada di akar kava. Menurut penelitian, penggunaan pelarut seperti alkohol atau aseton untuk mendapatkan ekstrak akar kava, akan menghasilkan produk yang mengandung flavokawain tingkat tinggi B. Periset menyimpulkan bahwa FKB berbahaya pada produk kava, dan terjadi pada konsentrasi pelarut yang lebih tinggi. berbasis ekstrak. Periset ini menyarankan agar jumlah FKB dalam ekstrak kava yang dijual ke konsumen harus dipantau dan dikendalikan agar tidak menyebabkan kerusakan hati.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian saat ini, produk kava tidak aman bila senyawa obat atau psikoaktif akar kava diekstrak dengan menggunakan pelarut. Ini tidak berarti bahwa ekstrak kava berbasis air selalu merupakan alternatif yang lebih aman. Kualitas ekstrak tanaman kava yang Anda beli mungkin tidak mudah diketahui. Anda harus sangat berhati-hati saat menggunakan produk kava, atau hindarilah mereka sepenuhnya. Sadarilah bahwa kerusakan hati hanya satu kemungkinan efek samping kava. Efek samping lainnya bisa berupa kehilangan nafsu makan, mual dan ruam kulit.