Anak-anak dengan gangguan hiperaktifitas perhatian defisit, sering disingkat menjadi ADHD, mengalami kesulitan untuk memperhatikan, menunjukkan perilaku hiperaktif dan sering bertindak impulsif. Dari 3 sampai 5 persen anak-anak, lebih banyak anak laki-laki daripada anak perempuan, memiliki ADHD, yang terus mempengaruhi 33 sampai 66 persen bahkan sampai dewasa, menurut University of Maryland Medical Center, atau UMMC. Terapi vitamin dengan magnesium dan seng bisa mengurangi gejala. Selalu diskusikan suplementasi dengan praktisi medis anak Anda sebelum memberi suplemen kepada anak Anda, karena efek sampingnya bisa terjadi.
Manfaat
Obat yang digunakan untuk mengobati ADHD dapat memiliki efek samping yang serius, termasuk potensi penyalahgunaan. Efek samping lainnya termasuk kehilangan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, pusing dan mood swings. Jika terapi vitamin mengurangi kebutuhan akan pengobatan, anak-anak mengalami lebih sedikit komplikasi akibat terapi obat.
Studi Magnesium
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa anak dengan ADHD memiliki kekurangan magnesium ringan dan mendapat manfaat dari 200 miligram per hari magnesium. Satu penelitian 1997 dilakukan di Pomeranian Medical Academy di Polandia dan dipublikasikan di "Magnesium Research" menunjukkan bahwa 95 persen anak-anak dengan ADHD menunjukkan bukti kekurangan magnesium, termasuk 77. 6 persen yang rambutnya menunjukkan kadar magnesium rendah dan 33. 6 persen yang memiliki tingkat darah rendah. Sebuah studi pada tahun yang sama oleh kelompok yang sama menemukan bahwa pengobatan dengan suplemen magnesium mengurangi hiperaktif. Beberapa studi menemukan sedikit perbaikan perilaku pada anak-anak yang diobati dengan seng, laporan UMMC, termasuk sebuah studi Karadeniz Technical University School of Medicine Turki. Dalam penelitian double-blind, 12 minggu terhadap 400 anak-anak, setengah menerima seng dan setengah plasebo. Penelitian yang dipublikasikan dalam "Progress in Neuro-Psychopharmacology & Biological Psychiatry" pada tahun 2004 menemukan bahwa sementara 28 persen di antara kelompok yang diobati mengalami perbaikan hiperaktif dan impulsif, defisit perhatian tidak menunjukkan perbaikan yang sama. Kelompok plasebo mengalami penurunan 20 persen hiperaktif dan impulsif.
Risiko