Makan junk food secara teratur terkait dengan obesitas dan kondisi kesehatan kronis seperti tekanan darah tinggi, namun banyak orang masih pilihlah sumber makanan cepat saji dari makanan sehat mereka yang bergizi. Makanan sampah biasanya murah, diproses dan dikemas, sehingga mudah didapat, namun ada beberapa motivator psikologis yang mempengaruhi orang untuk memilihnya sebagai makanan atau makanan ringan.
Hari RayaMemilih Kenyamanan
Jadwal yang sibuk sering kali mengurangi jumlah waktu yang harus disiapkan orang untuk menyiapkan makanan sehat dan bergizi, sehingga mereka memilih pilihan yang lebih cepat dan mudah. Makanan utuh seperti sayuran dan daging membutuhkan waktu dan peralatan dapur untuk memasak dengan benar, sementara hamburger makanan cepat saji biasanya disajikan dalam beberapa menit setelah memesan. Seiring berjalannya waktu, kenyamanan itu menjadi kebiasaan dan pada akhirnya merupakan kebutuhan yang dirasakan untuk mengikuti masyarakat yang serba cepat. Mengganggu rutinitas itu membutuhkan investasi waktu, dan kebanyakan orang lebih memilih untuk tetap menggunakan pilihan yang lebih cepat.
Hasil perifer dari budaya yang serba cepat ini meningkatkan tingkat stres dan kecemasan. Meningkatnya tingkat stres menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih banyak energi, merangsang kelaparan untuk makanan padat kalori dan mendorong orang untuk makan makanan jajan berlemak dan bergula. Tingkat kecemasan yang tinggi juga menyebabkan orang mencari junk food sebagai alat penghiburan. Saat stres, orang mencari cara untuk menenangkan diri, dan efek positif makanan cepat saji pada pusat penghargaan otak membuatnya menjadi pilihan yang menyenangkan.
Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa kekurangan tidur memotivasi orang untuk memilih makanan cepat saji dari makanan sehat. Saat tidur dibatasi, pusat penghargaan primal otak menjadi lebih aktif sementara fungsi eksekutif lobus frontal menjadi lebih tertekan. Ini secara efektif mengurangi kemauan keras, membuat orang lebih cenderung mencari makanan dengan kadar lemak dan gula tinggi, yang secara logis merupakan pilihan buruk yang memicu pusat penghargaan.
Mengembangkan Ketergantungan