Royal Jelly Vs. Madu

Proses Terbentuknya Madu dan Royal Jelly

Proses Terbentuknya Madu dan Royal Jelly
Royal Jelly Vs. Madu
Royal Jelly Vs. Madu
Anonim

Royal jelly dan honey keduanya berasal dari sarang lebah, namun lebah menghasilkan zat ini dengan alasan yang sangat berbeda. Madu memberi energi bagi lebah pekerja, sementara royal jelly berfungsi sebagai makanan utama ratu koloni. Royal jelly dan madu telah dipanen selama berabad-abad: yang pertama sebagai suplemen gizi, yang terakhir terutama sebagai pemanis alami. Keduanya memiliki sifat berharga dan keduanya bisa sangat bermanfaat bagi kesehatan Anda tergantung pada aplikasinya.

Royal jelly menunjukkan pengaruh positif pada sistem kekebalan tubuh, menurut sebuah penelitian tahun 2001 yang dilakukan oleh periset Jepang dan dipublikasikan dalam jurnal "International Immunopharmacology. "Royal jelly segera menekan respons histamin terhadap alergen dalam penelitian ini, dan walaupun penelitian lebih lanjut diperlukan, royal jelly dapat membantu melawan reaksi alergi.

Madu tampaknya memiliki efek yang sama-sama berharga sebagai sumber bifidobacteria, bakteri menguntungkan yang mendukung kesehatan saluran pencernaan. Sebuah penelitian tahun 2001 yang dilakukan oleh peneliti dari Michigan State University dan diterbitkan oleh National Honey Board menemukan bahwa madu mempromosikan pertumbuhan beberapa strain Bifidobacteria.

Infertilitas

Royal jelly telah digunakan dalam pengobatan tradisional China untuk mengobati ketidaksuburan. Menurut penulis Randine Lewis, Ph.D., penulis "The Infertility Cure: Program Kesehatan Tiongkok Kuno untuk Mendapatkan Hamil dan Bayi yang Sehat," royal jelly dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Tiongkok membantunya mengandung kedua anaknya. Sebuah penelitian tahun 2010 yang dilakukan oleh periset Mesir dan dipublikasikan dalam jurnal "Animal Reproduction Science" menunjukkan hubungan antara jeli dan kesuburan kerajaan; Namun, keefektifan royal jelly untuk wanita belum terbukti secara ilmiah.

Stres Oksidatif

Madu menunjukkan sifat antioksidan yang menjanjikan, menurut periset University of Illinois. Sebuah studi tahun 2003 yang diterbitkan dalam "Journal of Agricultural and Food Chemistry" menunjukkan bioavailabilitas antioksidan dari madu, dan melihat peningkatan aktivitas antioksidan dalam darah subjek penelitian yang menelan madu. Penelitian ini mendukung gagasan bahwa beralih dari pemanis gula halus ke madu dapat membantu melindungi orang dewasa dari stres oksidatif.